Keraton
atau dalam bahasa aslinya disebut Karaton berlokasi di pusat kota
Yogyakarta. Karaton artinya tempat dimana raja dan ratu tinggal, atau
dalam kata lain Kadaton yang artinya sama.
Dalam pembelajaran tentang budaya Jawa, arti ini mempunyai arti filosofis yang sangat dalam. Arsitektur istana ini adalah Sri Sultan Hamengkubuwono I sendiri, yang merupakan pendiri dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Keahliannya dalam bidang arsitektur dihargai oleh ilmuwan berkebangsaan Belanda - Dr.Pigeund dan Dr.Adam yang menganggapnya sebagai "arsitek dari saudara Pakubuwono II Surakarta".
Kraton Yogyakarta didirikan pada tahun 1756 oleh Pangeran Mangkubumi (Hamengkubu Buwono I) sebagai pusat kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pada mulanya, lokasi Kraton sekarang ini merupakan daerah rawa yang bernama Umbul Pacethokan, yang kemudian dibangun menjadi sebuah pesanggrahan Ayodya.
Bangunan Kraton membentang dari utara ke selatan. Halaman depan dari Kraton disebut alun-alun utara dan halaman belakang disebut alun-alun selatan. Desain bangunan ini menunjukkan bahwa Kraton, Tugu dan Gunung Merapi berada dalam satu garis/poros yang dipercaya sebagai hal yang keramat. Pada waktu lampau Sri Sultan biasa bermeditasi di suatu tempat pada poros tersebut sebelum memimpin suatu pertemuan atau memberi perintah pada bawahannya.
Dalam pembelajaran tentang budaya Jawa, arti ini mempunyai arti filosofis yang sangat dalam. Arsitektur istana ini adalah Sri Sultan Hamengkubuwono I sendiri, yang merupakan pendiri dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Keahliannya dalam bidang arsitektur dihargai oleh ilmuwan berkebangsaan Belanda - Dr.Pigeund dan Dr.Adam yang menganggapnya sebagai "arsitek dari saudara Pakubuwono II Surakarta".
Kraton Yogyakarta didirikan pada tahun 1756 oleh Pangeran Mangkubumi (Hamengkubu Buwono I) sebagai pusat kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pada mulanya, lokasi Kraton sekarang ini merupakan daerah rawa yang bernama Umbul Pacethokan, yang kemudian dibangun menjadi sebuah pesanggrahan Ayodya.
Bangunan Kraton membentang dari utara ke selatan. Halaman depan dari Kraton disebut alun-alun utara dan halaman belakang disebut alun-alun selatan. Desain bangunan ini menunjukkan bahwa Kraton, Tugu dan Gunung Merapi berada dalam satu garis/poros yang dipercaya sebagai hal yang keramat. Pada waktu lampau Sri Sultan biasa bermeditasi di suatu tempat pada poros tersebut sebelum memimpin suatu pertemuan atau memberi perintah pada bawahannya.
Di sekeliling Kraton dan di dalamnya terdapat sistem pertahanan yang terdiri dari tembok/dinding.
Kompleks Kraton Yogyakarta setiap hari dibuka untuk masyarakat umum mulai dari pukul 07.30-13.00, kecuali pada hari Jumat sampai dengan pukul 12.00 WIB. Untuk masuk akan dipungut tiket masuk dengan nilai : Dewasa : Rp 2.000,00, Rp 1.000,00 jika ingin memotret dan Rp 2.000,00 jika ingin merekam.
Kompleks Kraton Yogyakarta setiap hari dibuka untuk masyarakat umum mulai dari pukul 07.30-13.00, kecuali pada hari Jumat sampai dengan pukul 12.00 WIB. Untuk masuk akan dipungut tiket masuk dengan nilai : Dewasa : Rp 2.000,00, Rp 1.000,00 jika ingin memotret dan Rp 2.000,00 jika ingin merekam.
Bagian-bagian
keraton dari utara ke selatan adalah: Gapura Gladag (sudah tidak ada),
Gapura Pangurakan nJawi/luar, Gapura Pangurakan Lebet/dalam, Alun-alun
Utara, Kompleks Pagelaran, Kompleks Siti Hinggil, Gerbang Brojonolo,
Kompleks Kamandhungan Lor/utara, Gerbang Sri Manganti, Kompleks Sri
Manganti, Gerbang Donopratopo, Kompleks Kedhaton (kediaman resmi dan
pusat istana), Gerbang Kamagangan, Kompleks Kamagangan, Gerbang Gadhung
Melati, Kompleks Kamandhungan Kidul/selatan, Gerbang Kamandhungan, Sapit
Urang/pamengkang, Kompleks Siti Hinggil Kidul/selatan (sekarang disebut
Sasana Hinggil), Alun-alun Selatan, Gerbang Besar Nirbaya (Biasa
disebut Plengkung Gadhing)






0 komentar:
Posting Komentar